Percaya atau tidak, meluasnya aksi Bela Alquran yang terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia bukan saja membuat was-was para elit politik, namun seluruh elemen masyarakat ikut merinding. Dikabarkan, isu November tahun 1998 yang berujung pada bentrokan dan penjarahan pun berhembus. Hal tersebut diyakini oleh beberapa kalangan yang pesimis, dan berpikiran moderat. Mereka lebih berkenan membela para "pemain belakang" ketimbang terjun bersama ummat Islam lain untuk menuntut keadilan, dan menuntut terciptanya supremasi hukum yang dianggap mandul dan tembang pilih.
KH. Bactiar Nasir dalam beberapa kesempatan menyebutkan, tidak ada kepentingan apapun terkait gerakan Bela Alquran yang begitu cepat melebar itu. Katanya, ummat Islam saat ini hanya butuh keseriusan para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya sebagai aparat negara. Namun keseriusan yang diharapkan oleh mereka tidak berbuah hasil. Akhirnya, bergulirlah sejumlah unjuk rasa mulai dari Aceh, Medan, Palembang, dan meluas hingga ke seluruh Indonesia. Hati para muslimin dan muslimat terpanggil karena penistaan ini, tubuh mereka seperti merasakan sakit kebersamaan itu.
Sebagaimana kita ketahui, Aksi Bela Alquran ini bergulir lantaran lambatnya proses hukum. Pihak kepolisian dan terkait lainnya seolah menganggap remeh penistaan Alquran yang dilakukan gubernur DKI Jakarta itu. Pihak kepolisian ditunding bermain petak umpet lantaran tidak ada fatwa MUI untuk menjerat Ahok. Saat fatwa tersebut dikeluarkan MUI, malah pihak kepolisian mengecewakan, dengan membuat kasus itu berlarut-larut tak ada ujung dan tidak ada soluisi untuk mendamaikan para pengujnjuk rasa yang sudah bergolak dan minta diperhatikan.
Pertanyaannya, apakah pihak kepolisian memang sudah tumpul ke atas tapi tajam ke bawah? Kita tidak tahu. Tapi 4 november adalah kacamata, tempat pihak kepolisian menata diri untuk kembali ke jalan yang lurus. Kapolri, dalam hal ini Pak Tito Karnavian yang baru saja dilantik, seharusnya mengambil tindakan tegas, dan berani menangkap Ahok pengghina Alquran.
Kita tidak pernah tahu seperti apa jalan hidup kita yang ada di depan. Namun, kita bisa ikut dan bertanya kepada yang tahu. Begitu pun dengan Alquran, yang tak pernah diubah dari zaman ke zaman. Mengutip kata dari Ustad. KH. Muhammad Arifin Ilham, “hari ini kita membela Alquran, di alam kubur dan akhirat kelak, Alquran membela kita!” seperti itulah seharusnya kita.
#Perspektif
#HarianAmanah
#4November2016