Yang Coba Merelakan

Pilo Poly*

Sumber: Google


KursiTelah diam ia di situ, sebalas hari ditempa terik tanpa basah hujan. Orang datang dan duduk bergantian di busa hitamnya, sekedar menguatkan satu sama lain: ada yang pergi tiba-tiba. MejaTaplaknya selalu bersih. Panas kemarau siang masih belum hilang aromanya. Kekinian yang tak bisa dihitung: walau pun pada hakikatnya akan hilang. GelasRengkuhlah aku agar kemungkinan-kemungkinan yang kerap hampir dalam kepalamu padam, dan gegas ia ke jauh pikiran hilang.


* Pilo Poly adalah nama pena dari Saifullah S. Lelaki berdarah Aceh ini sekarang menetap di Pamulang, Tangerang Selatan. Beberapa karya puisi dan cerpennya telah di muat di beberapa harian dan majalah. Buku Puisinya adalah Yusin dan Tenggelamnya Keadilan (2014), dan Buku Antologi Nonfiksi 19 Jurus Mabuk Penulis Sukstres (2015). Kini ia bergiat di Komunitas Sastra Indonesia Wilayah Tangerang Selatan, dan juga terjun di dunia teater bersama Komunitas Sarang Matahari Penggiat Sastra sebagai Ketua.