Serambi Indonesia Edisi 24 Januari 2016

Sepasang Mata Ibu


Pada hari yang kemarin,
hanya matamu yang terang.
Mengintip ke seluruh tubuhku,
yang liuk dengan perjalanan.

Kucoba tutup seluruh gelisahku, Ibu.
Wujudmu yang temaran menjadi obat.
Doa panjang yang tak ada akhir,
dan kuyakin kepadaku akan selalu sampai.

Kau adalah suluh dalam gelap ini, Ibu.
Ranjang yang tak pernah akan kutinggal.
Walau berjauh kita merelakan rindu,
hanya doamu akan membawaku pulang.

Jakarta, 2015





Suerune Kalee[1]


Kaulah suara yang paling merdu
Rindu yang tak dapat kutahan getarnya

Kaupun yang membuatku betah tak beranjak
Sajak yang membuatku di sini ingin terus tegak

Hai, kau, liuk di ujung tak terbatas
Dihadapanmu aku ingin terus menepuk dada hingga sesak

Jika kau berhenti, padamkan aku dengan tenang
Bawa aku ke jauh langit melayang terbang

Kaulah suara yang paling merdu
Peninggalan zaman yang masih ingin tetap kukenang.

Jakarta, 2015






[1] Alat musik tiup di Aceh