Dwi Nanda Feriana Korban Boroknya Birokrasi Kampus

Dwi Nanda Feriana, Presiden Jaroe Aceh Youth Community (J-AYC)


Secara pribadi saya tidak mengenal Nanda, tapi google memberitahu kepada saya bahwa Nanda adalah orang yang sangat cerdas, dan bahkan dia pernah mendapatkan KNPI Award, yang langsung diberikan oleh Walikota Banda Aceh, Illiza Sa`aduddin Djamal.

Tak sampai di situ, Mahasiswi Universitas Malikulsaleh (UNIMAL), Lhoksemawe, Fakultas Ilmu Sosial  dan Ilmu Politik (FISIP), Jurusan Ilmu Komunikasi tersebut bahkan pernah terpilih sebagai satu-satunya Duta Indonesian Youth Conference mewakili propinsi Aceh di Jakarta.

Pulang dari sana, berbekal ilmu pengetahuan dari kegiatan Indonesian Youth Conference, kemudian ia menggagas (inisiator) sebuah komunitas yang selama ini dikenal sebagai Jaroe Aceh Youth Community (JAY-C), komunitas yang ingin mewujudkan perubahan ini memiliki tangline “By the Hand, let’s spread Hope”, dan hingga saat ini telah banyak dikenal oleh kalangan luas bahkan berkesempatan bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia periode 2014-2019, Anies Baswedan di pendopo Bupati Aceh Utara, Senin 9 Maret 2015.


Saya mendukung Nanda karena saat ini adalah saat di mana kita bebas bersuara, tanpa intimidasi, dan tak perlu takut dengan menyuarakan hak kita masing-masing yang kerab dilanggar oleh pihak lain. Apalagi, sebagaimana kita ketahui bahwa suara yang kita dengungkan atas nama kebenaran.

Terkait dengan kasus Nanda, saya mencoba menjadi orang yang ingin memberikan semangat kepadanya, karena bagaimanapun, kita tahu negeri ini tak lagi punya orang-orang yang mampu mempertanggungjawabkan pekerjaannya, yang terkadang mereka berbicara untuk kepentingan pribadi karena gengsi semata. 


Sebagaimana berita yang beredar (Sepucuk Surat untuk Ibu Lulusan Jerman), beberapa waktu lalu Nanda dilaporkan dosennya kepada pihak berwajib lantaran Nanda mengkritisi dosen tersebut lewat media sosial Facebook, yang kemudian diketahui oleh dosen itu. Ia pun akhirnya dituduh melakukan pencemaran nama baik dan melanggar Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE).

Jadi, betapa naifnya penguasa pendidikan saat ini di kampus-kampus, yang menjengkal intelektual seseorang. Pun dengan masalah yang saat ini dialami Nanda, ia secara pribadi telah meminta maaf. Namun hingga kini, dosen tersebut tetap tidak memberi maaf. Padahal, sebagaimana kita ketahui dalam Alquran (QS. Al-A’raf: 199) yang mengatakan, “Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”  - (QS. Al-A'raf : 199).


Saya berharap, semoga Dwi Nanda Feriana mendapatkan jalan keluar sehingga segala permasalahannya usai secepat mungkin. Untuk itu, saya ingin mengutip kata-kata dari seorang filsuf Jerman yang berbunyi,


"Dia yang memiliki mengapa untuk hidup, akan bisa bertahan dengan semua bagaimana,"--  Friedrich Nietzsche.


Maka, kau akan didukung oleh siapapun, Nanda! Kami akan membelamu! Parah Petisi untuk Nanda.

Posting Komentar

0 Komentar